BUNGAKU
“seindah bunga ketika ku melihatmu , karena
kau lah bungaku Ria”
Itulah kata yang terdapat di sepucuk surat bersama dengan
setangkai bunga mawar yang berada di atas meja Ria.
“bunga
dari siapa ini, segala ada suratnya lagi? ” seru Ria.
“coba
aja lihat nama pengirimnya, Ri” jawab Linda salah satu temannya.
“nggak
ada Nda, mungkin bukan buat gue kali” jawab Ria acuh.
“ya
nggak mungkinlah RI, jelas-jelas di kelas ini nama Ria itu Cuma lu! Dan bunga
itu di taruh tepat di atas meja lu, ua berarti itu bunga buat lu” jelas Tari.
“terus
mesti gue apain nih bunga?” Tanya Ria.
“udah
mending lu simpen aja dulu, kali nanti kita bisa nemuin siapa pengirimnya”
jawab Linda.
Akhirnya Ria menyutujui pendapat Linda. Jam istirahat pun
tiba, Ria dari pelajaran pertama terus memikirkan siapa pengirim bunga itu,
bahkan dia tidak konsentrasi penuh pada saat pelajaran tadi.
“menurut
lu siapa ya yang ngirim bunga itu?” Tanya Ria kepada teman-temannya.
“ya
ampu Ri, masih mikirin tuh pengirim? Mending lu abisin dulu tuh bakso lu,
keburu dingin dari tadi lu liatin doang” jawan Tari.
“tapi
kan gue masih penasaran Tar”
“mending
lu abisin dulu dah tuh bakso yang ada jam istirahat abis Cuma gara-gara lu
mikirin tuh bunga doing”
Ria pun melahap baksonya yang dari tadi sudah dingin. Dengan
cepat dia melahap bakso itu lalu kembali kedalam kelas dan mengambil bunga yang
dia temukan tadi pagi.
“ya
ampun Ri masih di liatin aja tuh bunga, lu ga liat apa pak Bowo udah datang?”
deru Linda teman semejanya.
Ria pun tidak menyadari bahwa guru Matematika itu sudah
berada di ruang kelas, dan Ria mengikuti pelajaran itu dengan pikiran yang
tidak tau kemana arahnya.
Ke esokan paginya Ria pun datang bersama kedua temannya,
dengan berjalan sambil tertawa bercanda mereka menuju ruang kelasnya.
Sesampainya di ambang pintu kelas ketiganya pun kaget dengan kemunculan
setangkai bunga dengan sepucuk surat yang di tempelnya di sisi plastik yang
melindungi bunga itu. Mereka bertiga pun menghampiri bunga tersebut yang berada di atas meja Ria.
“RI,
ada kiriman bunga lagi nih di meja lu dari siapa Ri? Seru Linda.
Ria pun mengambil bunga itu dan membaca sepucuk surat
tersebut.
“dari
siapa Ri?” Tanya Linda lagi.
“nggak
tau gue dari siapa, soalnya disini ga di cantumin nama pengirimnya” jawab Ria.
“coba
sini gue liat suratnya” surat itu di baca oleh Tari dan di barengi dengan
senyum aneh bagaikan orang yang sedang menahan ketawa.
“gila,
kata-katanya nggak nahan banget, pantes nih orang jadi puitis, haha” ledek
Tari.
“mana
cob ague liat” di tariknya surat itu dan membuat Linda ikut menahan ketawa.
“haha
asik si Ria punya penggemar rahasia nih, liat aja suratnya sampe romantic
begini haha” ledek Linda.
“
apa-apaan sih lu pada, Cuma kayak gini doing sampe segitunya. Nggak usah lebay
dah” jawab Ria dengan kesal.
Ria langsung duduk di mejanya masih dengan muka yang
cemberut.
“udah
nggak usah cemberut gitu, gue Tanya dulu ama Reno, dia kan selalu dateng paling
awal. Kali aja dia lihat siapa pengirim bunga itu” kata Linda teman semejanya.
Linda pun menghampiri Reno yang terkenal dengan si kutu buku
dan kacamatanya yang tebal membuat dia menjadi ciri khas di dalam kelas itu.
“Ren,
lu tau nggak siapa yang taruh bunga di atas mejanya tari ?” Tanya Linda
“nggak
nda, gue dari tadi ngga liat orang yang taruh bunga itu” jawab Reno.
“serius
lu?” Tanya Linda lagi
“iya
gue serius” jawabnya
“okeh
thanks ya, sorry ganggu”
“iya ngga apa-apa Nda”
Linda
kembali ke tempat duduknya. Belum sempat bicara ke Ria, ternyata guru mata
pelajaran pertama sudah datang dan Linda pun membahasnya ketika jam istirahat
tiba.
“gimana
Nda, udah di tanyain sama Reno?” Tanya Ria.
“udah,
katanya dia nggak tau siapa yang taruh bunga itu di atas meja lu” jawab Linda
sambil memesan makanan.
“yah
gagal lagi kita hari ini” sesal Ria.
“gagal
apaan Ri?” Tanya Linda.
“gagal
dalam pencarian untuk tau siapa yang taruh bunga itu ke meja gue” jawabnya.
“ya
ampun Ri, udah kayak detektif aja lu segala bilang gagal dalam pencarian” kesal
Linda.
“ya
abis gue kesel ga bisa nemuin tuh orang yang taruh bunga itu” jawabnya.
“yaudah
sabar, masih ada kita ini yang membantu lu buat cari tau siapa orang itu”
ceplos Tari.
Akhirnya sepulang sekolah Linda dan Tari berkunjung ke rumah
Ria untuk mencari tahu siapa yang menaruh bunga itu. Sesampainya di rumah Ria,
mereka membuat rencana untuk mencari orang itu.
“gimana
kalau besok pagi-pagi kita pasang CCTV aja Ri di kelas kita” seru Tari.
“CCTV?
Yang bener aja lu, yang ada kita di bawa ke ruang BP karena udah membawa
kamera” cetus Linda.
“oh iya
ya. Gue lupa kalo kita ga boleh bawa kamera” jawab Tari dengan lugu.
“Terus
gimana nih?” Tanya Ria
“yaudah
besok kita dating pagi-pagi aja, gimana?” jawab Linda
“dating
pagi ? datang sama kayak si culun Reno itu maksud lu?” Tanya Ria lagi.
“ya
nggak lah, kita datengnya sebelum si culun itu dating” seru Linda.
“hah?
Si culun itu aja datangnya jam 6 pagi, masa kita dating jam 5 si? Belom bangun
gue jam segitu”
“ya
makannya lu harus berusaha bangun pagi besok, bair kita tahu siapa yang taruh
bunga itu”
“yah ga
ada cara lain apa?”
“ga ada
Ria, itu cara satu-satunya yang kita punya”
“yaudah
deh gue usahain besok”
“kok
lug a semangat gitu si? Niat ga sih lu nyari tuh orang”
“iya-iya
gue besok bangun pagi, tapi datengnya jam setengah 6 aja ya”
“iya
Lin, jam 5 kepagian kali. Gerbang juga belum di buka jam segitu”
“oh
iya, yaudah deh jam setengah 6 aja”
“oke”
Keesokkan harinya Ria, Linda, Tari pun dating lebih awal
dari biasanya, mereka sengaja dating pagi-pagi hanya untuk mengetahui siapa
orang yang menaruh bunga setiap harinya diatas meja Ria. Mereka sengaja
mengumpat di salah satu kolong meja dan menunggu orang yang di tunggu-tunggu.
Dan beberapa lama kemudian ada seseorang yang dating dan berdiri tepat di
sebelah meja Ria, dan dengan sejenak Ria, Linda dan Tari pun langsung
menghampiri orang itu. Dan tak di sangka-sangka di sana telah berdiri seseorang
yang mereka tidak sangka yaitu RENO, si anak culun yang biasanya hanya membaca
buku di kelas dan menyendiri itu telah membawa setangkai bunga dan surat yang
akan di letakan diatas meja Ria.
“ngapain
lu No di meja gue?” Tanya Ria.
“eh
Ria, nggak kok gue nggak ngapa-ngapain?” jawab Reno.
“itu lu
bawa-bawa bunga buat apaan no?” Tanya Linda.
“eh ini
td gue liat di meja lu, makannya gue ambil. Gue kira bunga bekas anak theater”
elak Reno.
“jangan
bohong lu, jangan-jangan lu ya yang setiap hari naruh bunga di atas meja gue?”
Tanya Ria dengan marah.
“se..
se.. serius gue, gue cuma temuin ini bunga” jawabnya
“ga
usah boong lu, jelas-jelas kalo tiap hari ada bunga di atas meja gue tapi
kenapa baru sekarang lu temuin bunga ini?” cetus Ria lagi.
“i..
iya gue serius, gue ga tau kalo ada bunga di meja lu”
“alaah,
sekarang gue tau siapa yang taruh bunga itu. Ternyata lu ya! Ih ogah banget gue
dapet bunga dari lu” kata Ria dengan sinis.
Akhirnya Reno mengaku bahwa dial ah yang menaruh bunga itu,
dan itu membuat Ria ilfeel. Akhirnya sesampainya di rumah, bunga-bunga yang
pernah di beri oleh reno di buang semua. Karena jengkel Ria mulai merobek-robek
surat yang tertera di bunga. Belum sempat di robek, Ria melihat sepucuk surat
yang membuat dia kaget.
“seandainya kamu tahu
aku, kamu tidak akan mungkin menolak ku.
Dimana dahulu kamu sempat menyukaiku. Aku seperti ini hanya ingin melihat
dirimu dari kejauhan. Sebuah penyesalan yang aku rasakan. Ingat ketika dahulu
kamu sempat ingin memberikan ku sebotol air mineral setelah aku bermain basket?
Aku mengacuhkan mu, bahkan aku tidak pernah sedikitpun melihatmu. Aku menyesal,
maka izinkanlah aku untuk melihatmu walaupun itu dari kejauhan”
“dahulu?
Air mineral? Basket? Kayaknya gue ga asing ama kebiasaan orang ini” fikir Ria
Malam itu Ria pun mengingat masa lalunya.
“siapa
sih Reno itu ? RENO ! gue baru inget, dia orang yang gue suka di SMP dulu kan?”
kagetnya Ria hamper jatuh dari tempat tidur.
Akhirnya malam itu pun dia berlari kerumah Reno. Sesampainya
di sana di dapatinya orang-orang yang berkerumun di sana dan banyak bendera
kuning dimana-mana. Suasana itu membuat dia kaget dan berfikir “siapa yang meninggal” hanya itu kata-kata
yang berniang di fikirannya sat ini.
Dengan langkah hati-hati Ria menemukan sesosok mayat yang
sedang terbujur kaku di hadapannya. Orang yang dia cinta selama ini sudah
tiada, bahkan dia belum sempat meminta maaf kepadanya atas kejadian siang tadi.
Ria pun tak kuasa menahan air matanya dan menghampiri mayat Reno tersebut.
“ren,
lu kenapa? Bamgun ren ! lu kenapa?!” dengan suara tangis Ria.
“sabar
nak Reno sudah meninggal” seseorang menjawab dan ternyata ibunya yang sedang
berduka.
“Reno
kenapa bu?”
“dia
kecelakaan ketika dia hendak ingin membeli 10 tangkai mawar untuk orang yang
dia cintainya. Dia bilang mawar itu untuk seorang cewek bernama RIA. Tapi
ternyata mawar itu telah mengantarkannya ke sisi tuhan” jawab ibunya
“apa bu
? buat Ria ? saya Ria bu” tangis Ria pun semakin kencang dan tak tahan lagi.
Akhirnya ibunya Reno menenangkan Ria dan mengambil sesuatu
dari kamar Reno dan ternyata adalah 10 surat untuk kesepuluh bunga mawar yang
dia beli hari ini.
“ini
untuk mu, Reno membuatnya sebelum dia ingin pergi membeli bunga mawar dan
bacalah” seru ibunya Reno.
Ria pun mengambil surat-surat itu dan di bacanya surat itu
Surat pertama : “maaf ya sudah membuat mu marah, jengkel
ataupun kesal. Aku melakukan ini hanya karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan,
Jadi maafkanlah aku”
Dan sampai surat terakhir pun di baca “kalau di saat nanti
aku tak bisa melihat mu lagi, ku harap kau akan selau menjaga surat-surat
dariku ini. Karena melalui surat ini aku dapat melihatmu dari kejauhan.
Meskipun lebih dari kejauhan yang biasa ku lihat, maafkanlah aku. Karena aku
mencintaimu”
Surat terakhir pun membuat Ria tak kuasa dan memutuskan
untuk pulang.
Esok adalah hari pemakaman Reno dan Ria sudah berangkat
menuju pemakamannya dan dia pun akan mengikhlaskannya dan akan selalu menjaga
surat itu untuknya.
DEWI LISTYANA
1SA01
12613292
DEWI LISTYANA
1SA01
12613292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar