Fungsi Agama dalam Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, agama memiliki fungsi yang vital, yakni
sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Agama telah
mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai dengan fitrah
manusia. Agama juga telah meberikan contoh yang konkret mengenai kisah-kisah
kehidupan sosio-kultural manusia pada masa silam, yang dapat dijadikan contoh
yang sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat di masa sekarang. Kita dapat
mengambil hikmah dari dalamnya. Meskipun tidak ada relevansinya dengan
kehidupan masyarakat zaman sekarang sekalipun, setidaknya itu dapat dijadikan
pelajaran yang berharga, misalnya agar tidak terjadi tragedi yang sama di masa
yang akan datang. Seperti yang kita semua ketahui, sekarang banyak terdengar
suara-suara miring mengenai Islam. Banyak orang kafir yang memanfaatkan situasi
ini untuk memojokkan umat Islam di seluruh dunia dengan cara menyebarkan
kebohongan-kebohongan. Menghembuskan fitnah yang deras ke dalam tubuh masyarakat
Islam, sehingga membuat umat Islam itu sendiri merasa tidak yakin dengan
keimanannya sendiri.
Penyebab konflik agama dalam
masyarakat
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap
Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam
bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang
menjadi penyebab dari benturan itu. Entah sadar atau tidak, setiap pihak
mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama
lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala
penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada
agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia,
merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu
Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran
sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan
dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan
politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian
pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh
mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan
mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di
Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik
dan malah menganut garis keras. Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap
mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu
konflik.
B.
Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama
memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah
dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh
dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak
yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan,
bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan
keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo,
Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat
dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang
menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku
non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras
disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan
membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara
sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya
tradisional dan budaya modern. Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok
masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan
antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki
budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki
budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah
budaya Barat yang mewah. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang
berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong
yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.
D. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi
dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas
dan minoritas golongan agama. Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang
mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok
yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang
minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa
berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang
Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok
minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran
gedung-gedung ibadat.
DEWI LISTYANA
2SA03
12613292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar