Musisi
Jalanan itu Inspirasiku
Hidup
itu kita yang menjalani, sukses itu kita
yang ciptain dan semangat itu diri kita sendiri yang memulai. Tanpa ada
semangat, tidak akan ada kemajuan pada diri kita. Dan tanpa semangat pula hidup
akan terasa membosankan, hidup juga akan terasa seperti raga tak bernyawa. Hidup
itu harus kita jalani dengan semangat yang tangguh.
Ketika
sore menjelang hilang, aku duduk dihalte bis daerah kota Jakarta. Hari ini aku
sudah mencari kerja dimana-mana, hingga ke sudut-sudut jakartapun tidak ada
satupun yang mau menerimaku. Fikiranku sangat kacau, mengapa hidupku selalu
saja seperti ini? Aku mulai jenuh, aku
mulai bosan, dan aku mulai berputus asa. Apa yang harus aku lakukan untuk
mengubah hidupku ?. Sejak 30 menit yang
lalu aku duduk disini sambil melihat keramaian kota Jakarta. Aku melihat
banyaknya anak-anak yang terlantar dan tidak sedikit pula anak-anak yang
bekerja hanya untuk menjalani hidupnya. Terlintas dibenakku, mengapa anak
seperti mereka yang harusnya bersekolah mereka dia harus bekerja demi
kehidupannya ? kenapa hidup seperti ini ? dan berbagai pertanyaanpun datang di
dalam benakku.
Dan
seketika aku melihat seorang pengamen muda di pinggir jalan. Dia sedang menjual
suaranya kesana dan kemari. Hingga aku melihat dia sedang duduk tidak jauh
dariku. Peluhnya mengaliri disetiap pelipisnya. Aku pun mendekatinya ..
“
bolehkah aku duduk disini ?“ tanyaku.
“
ohh tentu saja boleh” jawabnya.
“
terima kasih, perkenalkan aku Dian . suaramu bagus, dari tadi aku selalu memperhatikan
setiap kau benyanyi.” Sahutku.
“
aku Adi. terima kasih, Yahh ini lah
hanya bisa aku lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupku.” Jawabnya.
Sangat
terlihat sekali dari raut wajahnya yang menggambarkan kalau dia sangat
kelelahan. Akupun mulai merasa iba padanya.
“
mengapa kau tidak mencoba untuk bekerja di tempat lain? Seperti di pabrik?”
tanyaku.
“
aku dari kecil tidak bersekolah, bagamana aku mau melamar kerja? Sedangkan
ijazah pun aku tak punya. Ya inilah pekerjaanku sejak dulu, hanya bisa menjual suaraku
kepada orang-orang.” Jawabnya.
“
ohh, maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu”
“
oh tak apa, aku sudah kebal dengan semua omongan orang-orang. Bila mereka
memandangku negatif, maka hal itu akan ku buat sebagai motivasiku untuk jadi
lebih baik. Dan bila mereka memandangku positif maka akan ku pertahankan untuk
menjual suaraku.”
Setelah
hari itu, hari demi hari aku lebih sering bertemu dengan Adi, bahkan aku juga
sering mengeluarkan unek-unekku tentang kehidupan yang ku jalani. Adi pun merespon
unek-unekku dengan baik dan sering memberikan saran untukku, terutama unek-unek
tentang pekerjaanku.
“
adi, aku bingung untuk menjalani kehidupan ini.” Ungkapku.
“
mengapa dian? Apakah ada yang membuatmu gelisah?” tanyanya.
“
aku sudah mencari kerjaan kesana dan kemari di. Tapi aku tidak di terima oleh
perusahaan satupun di Jakarta ini” kataku dengan nada sedih.
“
ohh begitu, kamu harus sabar dian. Masih banyak orang yang lebih sengsara di
belakangmu. Contohnya aku, aku yang ingin sekali tidak sekolah daridulu sampai
sekarangpun tidak terwujud. Tapi aku tetap berusaha dan aku tidak pantang
menyerah, menurutku orang yang cepat menyerah adalah orang yang lemah, tak ada
kata telat untuk bangkit dian. Aku yakin kalau kamu bisa berusaha dan berdoa,
kamu akan mendapatkan yang terbaik dari jerihpayahmu.”
Mendengar
saran dari Adi, semakin hari aku semakin sadar bahwa di dunia ini bukan hanya
aku yang menghadapi masalah, tetapi
masih banyak orang yang lebih sulit menghadapi kehidupan. Aku bangga melihat
adi yang sangat rajin dan ulet untuk bekerja walaupun pekerjaan dia hanya
mengamen, tapi semangat dia sangat besar.
Melihat
sikap ulet dan rajin Adi membuat aku semakin minder, kenapa Adi yang hanya
seorang pengamen mempunyai semangat yang tinggi untuk memenuhi kehidupannya?.
Akupun tak mau kalah semangat dari Adi. Aku berfikir untuk membuka usaha
kecil-kecilan. Usaha pertama yang aku lakukan adalah menjual pernak-pernik
kepada teman-temanku semasa SMA dan kuliah dahulu. Aku menjualnya kesana dan
kemari, namun usahaku saat ini gagal dan mendapat kerugian yang cukup besar.
“ya
tuhan, kuatkanlah aku untuk menjalani hidup ini. Jangan biarkan aku menjadi
orang yang lemah dalam menghadapi cobaanmu ini” doaku.
Akupun tak pantang menyerah, apalagi kalau aku
ingat akan semangatnya Adi. Akupun mulai membuka usaha lain, seperti menjual
makanan.Tapi aku bingung makanan apa yang harus aku jual. Karena aku tahu di
Jakarta ini sudah banyak wirausaha yang menjual makanan. Tiap malam aku selalu
berdoa kepada tuhan dan meminta petunjuk apa yang harus aku lakukan.
Hingga
terlintas dibenakku untuk menjual ice cream goreng. Aku memikirkan bagaimana
ice cream itu tidak meleleh ketika aku goreng, dan hasilnya aku punya ide untuk
itu semua. Aku memulai dari menawarkan ice cream goreng ku ke teman-teman ku.
Dan hasilnya positif, mereka menyukai makanan buatan ku ini. Disini aku sudah
mulai ada kemajuan, tapi aku tidak bangga, karena ini belum seberapa. Aku
selalu berdoa dan selalu bekerja keras untuk masa depanku. Aku pun berinisiatif
untuk membuka kios, dan hasilnya banyak yang meminati ice cream gorengku ini.
Tiga
tahun aku menjalani bisnis ini, dan aku sekarang menjadi sukses. Hingga saat
ini aku berencana untuk membuat caffe untuk bisnisku ini. Akupun juga tidak
lupa kepada Adi yang menjadi inspirasiku, yang selalu mendorongku untuk tetap
semangat. Aku berniat mengajak dia untuk bekerja di caffe ku untuk menjual
suaranya. Menurutku, suara dia tidak terlalu jelek. Dia memiliki talenta yang
lebih dari orang lain.
Akhirnya
rencana ku pun terwujud. Aku mengundang Adi untuk kerja di caffe ku.
“
adi, aku berterimakasih atas saranmu selama ini. Kamu sudah banyak menolongku
walau hanya dengan kata-kata penyemangatmu saja. Sebagai ucapan terima kasihku
maukah kamu bekerja di tempatku?”
“iya
sama-sama dian. Bekerja? Bekerja sebagai apa? Sedangkan aku tidk mempunyai
bakat sedikitpun”
“tidak
di, kamu mempunyai bakatyang bagus. Kamu bisa bernyanyi tiap malam disini. Kamu
bisa menjual suaramu di caffe ku ini”
“terima
kasih dian. Aku akan menerima tawaran itu”
Akhirnya
adi menerima tawaran pekerjaan yang ku berikan. Aku menamakan caffe ku “ DIA
CAFFETARIA”. “ DIA” itu sambungan namaku dengan Adi yang menjadi inspirasiku.
Tiap
hari tak sedikit orang yang mengunjungi caffe ku. banyak juga pengusaha-pengusaha
yang mengajak berbisnis kepadaku. Saat ini aku menjadi pengusaha yang sukses di
Jakarta. Di samping kesuksesanku ini, aku tak pernah luput dari semangat dan
berdoa. Orang tuaku pun bangga kepadaku. Aku sudah tidak bosan lagi, tidak
jenuh lagi. Karena aku sadar bahwa masih banyak orang yang mendukungku di
sekitarku.
Aku
sangat terima kasih kepada Adi yang selalu mensuport ku. Aku yakin hidup itu
bila kita jalani dengan semangat, ulet, dan rajin, maka akan terasa
menyenangkan. Akupun sudah merasakan buah hasil dari semangatku selama ini.
Tanpa semangat, tanpa kesabaran, tanpa kerajian dan tanpa doa kita tidak akan
menjadi orang yang sukses.
*TAMAT*
DEWI LISTYANA
1SA01
12613292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar