Selasa, 01 April 2014

TUGAS SOFTSKILL KEPARIWISATAAN PART 6

Musisi Jalanan itu Inspirasiku

Hidup itu kita yang  menjalani, sukses itu kita yang ciptain dan semangat itu diri kita sendiri yang memulai. Tanpa ada semangat, tidak akan ada kemajuan pada diri kita. Dan tanpa semangat pula hidup akan terasa membosankan, hidup juga akan terasa seperti raga tak bernyawa. Hidup itu harus kita jalani dengan semangat yang tangguh.
Ketika sore menjelang hilang, aku duduk dihalte bis daerah kota Jakarta. Hari ini aku sudah mencari kerja dimana-mana, hingga ke sudut-sudut jakartapun tidak ada satupun yang mau menerimaku. Fikiranku sangat kacau, mengapa hidupku selalu saja seperti  ini? Aku mulai jenuh, aku mulai bosan, dan aku mulai berputus asa. Apa yang harus aku lakukan untuk mengubah hidupku ?.  Sejak 30 menit yang lalu aku duduk disini sambil melihat keramaian kota Jakarta. Aku melihat banyaknya anak-anak yang terlantar dan tidak sedikit pula anak-anak yang bekerja hanya untuk menjalani hidupnya. Terlintas dibenakku, mengapa anak seperti mereka yang harusnya bersekolah mereka dia harus bekerja demi kehidupannya ? kenapa hidup seperti ini ? dan berbagai pertanyaanpun datang di dalam benakku.
Dan seketika aku melihat seorang pengamen muda di pinggir jalan. Dia sedang menjual suaranya kesana dan kemari. Hingga aku melihat dia sedang duduk tidak jauh dariku. Peluhnya mengaliri disetiap pelipisnya. Aku pun mendekatinya ..
“ bolehkah aku duduk disini ?“ tanyaku.
“ ohh tentu saja boleh” jawabnya.
“ terima kasih, perkenalkan aku Dian . suaramu bagus, dari tadi aku selalu memperhatikan setiap kau benyanyi.” Sahutku.
“ aku Adi. terima kasih,  Yahh ini lah hanya bisa aku lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupku.” Jawabnya.
Sangat terlihat sekali dari raut wajahnya yang menggambarkan kalau dia sangat kelelahan. Akupun mulai merasa iba padanya.
“ mengapa kau tidak mencoba untuk bekerja di tempat lain? Seperti di pabrik?” tanyaku.
“ aku dari kecil tidak bersekolah, bagamana aku mau melamar kerja? Sedangkan ijazah pun aku tak punya. Ya inilah pekerjaanku sejak dulu, hanya bisa menjual suaraku kepada orang-orang.” Jawabnya.
“ ohh, maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu”
“ oh tak apa, aku sudah kebal dengan semua omongan orang-orang. Bila mereka memandangku negatif, maka hal itu akan ku buat sebagai motivasiku untuk jadi lebih baik. Dan bila mereka memandangku positif maka akan ku pertahankan untuk menjual suaraku.”

Setelah hari itu, hari demi hari aku lebih sering bertemu dengan Adi, bahkan aku juga sering mengeluarkan unek-unekku tentang kehidupan yang ku jalani. Adi pun merespon unek-unekku dengan baik dan sering memberikan saran untukku, terutama unek-unek tentang pekerjaanku.
“ adi, aku bingung untuk menjalani kehidupan ini.” Ungkapku.
“ mengapa dian? Apakah ada yang membuatmu gelisah?” tanyanya.
“ aku sudah mencari kerjaan kesana dan kemari di. Tapi aku tidak di terima oleh perusahaan satupun di Jakarta ini” kataku dengan nada sedih.
“ ohh begitu, kamu harus sabar dian. Masih banyak orang yang lebih sengsara di belakangmu. Contohnya aku, aku yang ingin sekali tidak sekolah daridulu sampai sekarangpun tidak terwujud. Tapi aku tetap berusaha dan aku tidak pantang menyerah, menurutku orang yang cepat menyerah adalah orang yang lemah, tak ada kata telat untuk bangkit dian. Aku yakin kalau kamu bisa berusaha dan berdoa, kamu akan mendapatkan yang terbaik dari jerihpayahmu.”
Mendengar saran dari Adi, semakin hari aku semakin sadar bahwa di dunia ini bukan hanya aku yang menghadapi  masalah, tetapi masih banyak orang yang lebih sulit menghadapi kehidupan. Aku bangga melihat adi yang sangat rajin dan ulet untuk bekerja walaupun pekerjaan dia hanya mengamen, tapi semangat dia sangat besar.
Melihat sikap ulet dan rajin Adi membuat aku semakin minder, kenapa Adi yang hanya seorang pengamen mempunyai semangat yang tinggi untuk memenuhi kehidupannya?. Akupun tak mau kalah semangat dari Adi. Aku berfikir untuk membuka usaha kecil-kecilan. Usaha pertama yang aku lakukan adalah menjual pernak-pernik kepada teman-temanku semasa SMA dan kuliah dahulu. Aku menjualnya kesana dan kemari, namun usahaku saat ini gagal dan mendapat kerugian yang cukup besar.
“ya tuhan, kuatkanlah aku untuk menjalani hidup ini. Jangan biarkan aku menjadi orang yang lemah dalam menghadapi cobaanmu ini” doaku.
 Akupun tak pantang menyerah, apalagi kalau aku ingat akan semangatnya Adi. Akupun mulai membuka usaha lain, seperti menjual makanan.Tapi aku bingung makanan apa yang harus aku jual. Karena aku tahu di Jakarta ini sudah banyak wirausaha yang menjual makanan. Tiap malam aku selalu berdoa kepada tuhan dan meminta petunjuk apa yang harus aku lakukan.
Hingga terlintas dibenakku untuk menjual ice cream goreng. Aku memikirkan bagaimana ice cream itu tidak meleleh ketika aku goreng, dan hasilnya aku punya ide untuk itu semua. Aku memulai dari menawarkan ice cream goreng ku ke teman-teman ku. Dan hasilnya positif, mereka menyukai makanan buatan ku ini. Disini aku sudah mulai ada kemajuan, tapi aku tidak bangga, karena ini belum seberapa. Aku selalu berdoa dan selalu bekerja keras untuk masa depanku. Aku pun berinisiatif untuk membuka kios, dan hasilnya banyak yang meminati ice cream gorengku ini.
Tiga tahun aku menjalani bisnis ini, dan aku sekarang menjadi sukses. Hingga saat ini aku berencana untuk membuat caffe untuk bisnisku ini. Akupun juga tidak lupa kepada Adi yang menjadi inspirasiku, yang selalu mendorongku untuk tetap semangat. Aku berniat mengajak dia untuk bekerja di caffe ku untuk menjual suaranya. Menurutku, suara dia tidak terlalu jelek. Dia memiliki talenta yang lebih dari orang lain.
Akhirnya rencana ku pun terwujud. Aku mengundang Adi untuk kerja di caffe ku.
“ adi, aku berterimakasih atas saranmu selama ini. Kamu sudah banyak menolongku walau hanya dengan kata-kata penyemangatmu saja. Sebagai ucapan terima kasihku maukah kamu bekerja di tempatku?”
“iya sama-sama dian. Bekerja? Bekerja sebagai apa? Sedangkan aku tidk mempunyai bakat sedikitpun”
“tidak di, kamu mempunyai bakatyang bagus. Kamu bisa bernyanyi tiap malam disini. Kamu bisa menjual suaramu di caffe ku ini”
“terima kasih dian. Aku akan menerima tawaran itu”
Akhirnya adi menerima tawaran pekerjaan yang ku berikan. Aku menamakan caffe ku “ DIA CAFFETARIA”. “ DIA” itu sambungan namaku dengan Adi yang menjadi inspirasiku.
Tiap hari tak sedikit orang yang mengunjungi caffe ku. banyak juga pengusaha-pengusaha yang mengajak berbisnis kepadaku. Saat ini aku menjadi pengusaha yang sukses di Jakarta. Di samping kesuksesanku ini, aku tak pernah luput dari semangat dan berdoa. Orang tuaku pun bangga kepadaku. Aku sudah tidak bosan lagi, tidak jenuh lagi. Karena aku sadar bahwa masih banyak orang yang mendukungku di sekitarku.
Aku sangat terima kasih kepada Adi yang selalu mensuport ku. Aku yakin hidup itu bila kita jalani dengan semangat, ulet, dan rajin, maka akan terasa menyenangkan. Akupun sudah merasakan buah hasil dari semangatku selama ini. Tanpa semangat, tanpa kesabaran, tanpa kerajian dan tanpa doa kita tidak akan menjadi orang yang sukses.


*TAMAT*






DEWI LISTYANA
1SA01
12613292

Tidak ada komentar:

Posting Komentar